Wednesday, August 10, 2005

The Process... (Part 5 - Pelajaran Kelima)

BEDAKAN ANTARA ASET DAN LIABILITAS!

Nah yang ini yang banyak tidak diketahui banyak orang, termasuk kita...

ASET (bukan ASEP lho!): yang memberikan pemasukan bagi kantong Anda! Sedangkan LIABILITAS: yang selalu menggerogoti kantong Anda hingga kering kerontang. Mungkin kita perlu memilah-milah apa yang kita miliki menjadi dua kategori tersebut, kalau sepeda motor yang kita miliki secara kredit tidak dibayar dengan cash, maka sepeda motor tersebut menjadi LIABILITAS, karena setiap bulan akan menguras dana di kantong kita. Nah sekarang sepeda motor kita gunakan untuk kegiatan apa saja, yang penting halal, dikurangi BBM (yang kian naik), ternyata memberikan masukan dana yang lumayan besar ke kantong kita, maka sepeda motor ini juga menjadi ASET. Dengan demikian sepeda motor kita bisa menjadi ASET bisa juga LIABILITAS kita... Nah mestinya ASET > LIABILITAS, ceritanya begini, kalau sepeda motor tersebut harus dikredit Rp. 750.000,00/bulan, dengan memanfaatkan sepeda motor tersebut, ternyata Anda bisa berpenghasilan Rp. 1.000.000,00/bulan, tentunya Anda menerima sisa kotor Rp. 250.000,00/bulan. Jelas khan?

Tapi Anda masih bekerja keras, bahkan bisa-bisa sangat keras untuk mencapai kondisi sebagaimana saya ceritakan tersebut, bukankah akan lebih nyaman, jika Anda tidak perlu bekerja keras bahkan tidak usah bekerja sama sekali, tetapi Anda tetap menghasilkan Rp. 1.000.000,00? Ya khan... nah itulah KEBEBASAN FINANSIAL!

Menurut Anda, rumah yang Anda beli (baik cash maupun kredit) merupakan ASET atau LIABILITAS? Ya lebih cenderung ke LIABILITAS jika Anda tidak bisa memanfaatkan sebaik-baiknya rumah tersebut, tidak bisa jadi ASET karena sama sekali Anda tidak pernah menerima uang dari rumah Anda, malah setiap tahun diwajibkan membayar pajak, jadilah rumah Anda sebagai LIABILITAS... iya khan? Lain ceritanya kalau dari rumah tersebut Anda bisa memperoleh penghasilan tetap, dikontrakkan, dibuat untuk kos-kosan dan lain sebagainya...

Hati-hatilah dengan godaan gaya hidup konsumtif dan pemborosan uang yang tidak semestinya dikeluarkan. Gaya pamer dan bermewah-mewahan adalah bak orang kehausan minum air laut yang asin. Semakin banyak diminum, semakin kehausan. Untuk melawannya dibutuhkan jiwa yang kuat dan mental yang konsisten serta disiplin yang ketat (sr, 2005)


Bagaimana kita bisa mengumpulkan ASET jika PENGELUARAN kita selalu sama bahkan lebih besar dari PEMASUKAN? Nah itu masalahnya! Saya bekerja mati-matian, uang gaji saya habis, bagaimana mungkin saya bisa menabung, itu pertanyaan yang sangat klasik, saya sering menanyakan hal itu kepada diri saya sendiri. Ternyata kesalahan utamanya ada pada pola hidup saya yang BOROS, pernahkan Anda berpikir untuk membeli sesuatu harus berpikir seribu kali khususnya untuk produk-produk yang mahal, saya yakin Anda akan berpikir lebih dari seribu kali, tapi bagaimana jika produk yang Anda beli sangat-sangat terjangkau dan murah? Tentunya langsung beli saja, apalagi pas ada diskon, nah dari sinilah tingkat BOROS akan semakin meningkat tanpa kita sadari... Kita sering membeli produk-produk yang akhirnya tidak atau jarang kita pakai, cobalah untuk melakukan penghematan, GAJI-lah diri kita sendiri sebelum berbelanja atau membayar tagihan-tagihan..

Kecerdasan mengelola uang secara bijaksana tidak diajarkan di sekolah atau pendidikan yang resmi. Untuk mencari dan mempelajarinya adalah praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari, dari hal-hal yang kecil seperti menabung dan pandai berhemat. Selain itu harus disertai dengan tindakan nyata secara konsisten antara teori dan perilaku kehidupan Anda (sr, 2005)


Untuk menjadi sejahtera dan kaya bukan hanya harus memiliki uang dalam jumlah yang banyak sekali, tetapi juga harus memiliki pikiran yang bijaksana dalam mengelola uang. Jadi orang yang sejahtera, kaya dan bijaksana mengelola uang maka harta Anda akan lebih bisa berkembang pesat dari perkiraan Anda (sr, 2005)


Nah, kemudian saya bekerja sambil menabung untuk membangun ASET atau INVESTASI saya, kesalahan saya di waktu lampau adalah saya tidak bisa mengembangkan apa yang saya peroleh dari hasil INVESTASI saya sebelumnya, hanya untuk bersenang-senang saja... Tentu saja untuk kebutuhan keluarga juga donk! Saya harus memperbaiki manajeman INVESTASI saya, kemudian akhirnya saya bersama rekan-rekan (juga istri saya) membangun bisnis sendiri, membuat sebuah CV, dana yang saya keluarkan tidak sedikit, tapi Alloh berkehendak lain, saya dan istri saya ditipu habis-habisan! Ini adalah pelajaran lain yang sangat mahal dan berharga - jangan langsung percaya dengan omongan orang, cek dulu kebenaran atau kejujurannya. Yah baru dapat keuntungan yang sedikit sudah collapse lagi!

Bersambung ke Part 6...

No comments: